Senin, 15 Februari 2016

Wahai Para Wanita Apa Yang Akan Kamu Lakukan Apabila Se Orang Yang Miskin Melamarmu..?

Pada Jaman ini seolah-olah orang - orang yang sholeh dan kaya itu adalah satu paket perlengkapan yang wajib bagi seorang wanita. Seakan-akan, sholeh dan kaya raya menjadi suatu kewajiban sebelum seorang laki-laki datang untuk melamar.

Sepertinya, sholeh dan kaya adalah kesatu paduan yang harus disandangkan oleh laki laki mana pun yang datang untuk mengajak menikah kepada wanita. Hingga sebab itu banyak sekali pernikahan di jaman ini yang tertunda karena yang melamar tidaklah seorang laki - laki yang kaya raya, meski ia hanya memiliki keinginan yang menggebu untuk memperbaiki diri agar lebih baik dan akan di perbaiki setlah pernikan terjadi namun tetap di jaman ini banyak seklai pernikahan yang tertunda dan bahkan pernikannya di batalakan.



Karena salah paham yang dipaksakan inilah, aneka dalil pun dilontarkan. Mulai dari biaya nikah yang semakin tak terjangkau, undangan walimah yang kudu sekian ribu orang, biaya hidup yang semakin meninggi mengangkasa, hingga dalih bahwa ada sekian banyak ibadah yang hanya bisa dikerjakan jika memiliki kekayaan puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Semakin terlihat benar ketika perkataannya menjadi, “Bukankah dakwah juga membutuhkan dana yang tidak sedikit dan karenanya sebagai muslimah harus menikah dengan muslim yang kaya raya?”

Lelaki ini terkenal sebagai sosok yang miskin. Sama sekali tidak berharta layaknya sebagian sahabatnya yang lain. Satu-satunya aset yang dimiliki hanyalah kebun pemberian Nabi. Itu saja. Akan tetapi, ia tak gentar untuk melamar seorang muslimah dari keluarga terhormat. Modalnya bismillah, diniati karena Allah Ta’ala dan menjalankan salah satu sunnah Nabi yang mulia.

Alhamdulillah, lamarannya diterima. Keduanya pun menikah. Berkah. Selepasnya, sang istri dengan amat setia mengurusi kebun suaminya itu. Ia juga rajin merawat satu-satunya kuda sang suami yang digunakan untuk jihad di jalan Allah Ta’ala.

Lepas beberapa masa pernikahan, lahirlah seorang anak shalih yang kelak menjadi panglima jihad dan salah satu pemimpin kaum Muslimin. Sepasang suami istri ini, menyejarah dari ayah-kakeknya, diri-suaminya, hingga cucu-cucunya kelak.

Si miskin yang datang melamar itu, tak lain adalah Zubair bin Awwam. Ialah sosok tak berharta namun memiliki kualitas keshalihan nan agung dan menyejarah. Sedangkan sang istri yang tak pernah sekali pun persoalkan harta calon suaminya, adalah Asma’ anak Abu Bakar ash-Shiddiq. Sedangkan sang anak yang lahir atas kerja cinta sepasang suami-istri ini, ialah ‘Abdullah bin Zubair.

Maka lihatlah, wahai kaum Muslimin. Menerima lamaran bukan harus shalih yang bertaut mesra dengan kaya. Sebab, kaya dan miskin hanyalah ujian. Tergantung bagaimana menyikapinya. Keduanya memiliki potensi selamat dan celaka yang sama.

Lihatlah lebih jauh, tentang shalih yang mendominasi. Ekstremnya, jika miskin tapi bisa membina dan menuntun Anda dan anak-anak kelak menuju jannah, apa salahnya? Bukankah miskin sebelum menikah amat mungkin untuk ‘dipoles’ hingga menjadi kaya raya dan bertambah shalih setelah akad? Bukankah berjuang berdua dari awal justru lebih asyik dan menyenangkan?

Sebab, jika lelaki yang hendak melamar Anda sudah kaya dan shalih, mungkin saja, bukan And yang menjadi seleranya. Nah! (keluargacinta)

Ya Allah Izinkan Aku Menikah Tanpa Melalui Pacaran, Agar Aku Terhidar Dari Dosa Dosanya

Hasrat cinta adalah, sebuah emosi dari sipat manusia yang memiliki kasih sayang yang sangat kuat dan ketertarikan pribadi semua manusia. Dalam konteks filosofi cinta adalah merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan pada manusia, yang akan menimbulkan atau mewujudkan perasaan belas kasih dan kasih sayang.


Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut.

Rudifillah el Karo, Waketum Rumah Dakwah Indonesia, menyatakan kata cinta memang memiliki banyak defenisi, tergantung pada siapa bertanya dan kepada siapa cinta itu ditujukan.

Namun, jatuh cinta seringnya menjadi sumber masalah bagi manusia jika tidak dikelola dengan baik. Kecuali mereka yang melabuhkan perasaanya tersebut pada orang-orang yang telah halal baginya (suami atau istrinya). 

Atau bentuk cintanya adalah cinta yang berlandaskan kasih sayang bukan karena nafsu seperti kecintaan Rasulullah pada ummatnya, kecintaan ibu pada anaknya atau yang lainnya.

Cinta pada lawan jenis yang belum halal seringkali menjadi sumber bencana bagi pelakunya, ini disebabkan karena cinta adalah perasaan yang harus dilabuhkan. Pelabuhan cinta pada lawan jenis akan diikuti perasaan dan tindakan-tindakan lain yang mengiringi perasaan tersebut.

Mereka harus bertemu, berinteraksi, mengungkapkan perasaan dengan tindakan sampai melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma Islam.

Cinta sebenarnya adalah anugrah dari Allah yang harus disyukuri dan dijaga, namun jika berlabuh pada dermaga yang salah akan menjadi masalah. Pelakunya akan “Selingkuh Sebelum Menikah”.

Maksudnya adalah cinta yang harusnya dia berikan pada pasangan hidupnya malah dia berikan pada orang lain meski dia belum tahu dia kelak akan jadi suaminya, ini jelas perbuatan selingkuh.

Pertama kali lahir ke dunia kita sudah diperkenalkan Allah dengan cinta kepada kedua orang tua kita. Namun kemudian kita tidak pernah mengatakannya jatuh cinta padahal cinta inilah yang menjaga kita sampai kita mengenal manusia lain di dunia ini.

Kemudian saat remaja mulai tumbuh rasa suka pada lawan jenis. Gadis bertemu jejaka. Pandang mata melahirkan suka. Interaksi demi Interaksi melahirkan cinta.

“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” [Ali Imron: 14].

Abu Muhammad bin Hazm pernah berkata : “Ada seorang laki-laki berkata kepada Amirul Mukminin, Umar bin Al-Khattab, ‘Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya saya melihat seorang wanita lalu saya sangat cinta kepadanya.’ Umar berkata, ‘Itu adalah sesuatu yang tak bisa dibendung’.”

Cinta kepada lawan jenis kita adalah fithrah setiap manusia. Perasaan ini tak bisa kita tolak bagaimana pun juga. Namun penting bagi kita untuk mengelolanya agar ia hanya tumbuh dan berkembang hanya kepada orang-orang yang telah Allah halalkan.

Rasa cinta terhadap lawan jenis adalah hal yang biasa, namun hal ini harus segera diakhiri dengan pernikahan.

Jika belum mampu menjalaninya, maka alternatif terbaik adalah menjaga pergaulan dan menyibukkan diri dengan kegiatan yang positif, menundukkan pandangan, berpuasa atau menuntut ilmu.

Berikut ini ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengelola hati kita, untuk menjaga diri dari bahaya Perasaan yang Allah haramkan:

1. Menikah

Menikah adalah salah satu ibadah yang pahalanya paling besar, maka beruntunglah kita yang sudah menikah. Dalam penikahan membuat pasangan tersenyum saja sudah ibadah, apalagi ibadah-ibadah lainnya. Selain itu menikah mampu membendung perasaan yang menggebu-gebu karena menikah menimbulkan ketenangan dan kenyamanan. Hal ini juga Allah terangkan dalam firmannya :

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang…….”
(Ar-Ruum 21).

Pilihan ini adalah pilihan yang terbaik dari semua pilihan yang ada.

2. Menghentikannya sebelum menjadi bencana

“Dan janganlah kamu mendekati zina.”
[Al Isra’: 32].

Timbulnya rasa cinta akan mengawali beberapa fase yang akan terus berlanjut. Oleh karena itu, seseorang harus memupus bisikan hati, pikiran, mimpi kosong, angan-angan selangit demi menutup celah bagi keburukan yang besar. Caranya adalah dengan menyibukkan hati dengan ibadah dan 

Para Wanita Harap Untuk Mengetahui ini! Apabila Suami Anda Berkata Kata Seperti Ini, Dialah Suami yang Terbaik Untuk Anda!

Apa bila sepasang suami-istri terkenal sebagai pasangan yang paling serasi, italah tanda lambang cinta sejati, kerukunan penuh kedamaian, dan kasih yang abadi. Mesra. Selalu bersama sama, selalu kompak, saling melengkapi di setiap keadaan dan yang pasti kemersaan dan kebersamaan nya selalu, membuat iri siapa pun yang melihatnya.

Padahal, sepasang suami-istri ini memiliki kepribadian yang jauh berbeda. Sang suami terkenal sebagai orang diam, santai, tidak panik, meski terkesan sepele dan apatis. Sebaliknya, sang istri merupakan pribadi yang banyak bicara, terburu-buru, tergesa, hingga ternilai mudah marah dan reaktif untuk persoalan sekecil dan seremeh apa pun.

Suatu hari, keduanya melakukan perjalanan laut. Niatnya berbahagia dan menikmati kebersamaan, rupanya mereka mendapati ujian berat di tengah samudra. Angin. Hujan lebat. Guntur. Petir. Membadai. Kapal yang mereka tumpangi pun bergejolak, seluruh penumpangnya panik.

Apalagi sang istri, gulana dan kacaunya hati wanita ini memuncak. Ia berlari ke sana ke mari, mengupayakan berbagai jenis penyelamatan, dan sibuk tiada banding. Marahnya bertambah-tambah ketika dirinya mendapati sang suami di sebuah sudut.

Laki-laki pujaan jiwanya itu bersikap santai, easy going, tiada cemas atau panik, wajahnya datar. Biasa-biasa saja. Menyaksikan fenomena ganjil ini, sang istri pun mengambil sebilah pisau. Didekatilah sang suami, lalu ditodongkan kepadanya, “Apakah kamu tidak takut dengan pisau ini?”

“Tidak,” jawab sang suami santai.

“Apa alasannya?” lanjut sang istri.

“Sebab, aku sangat memahami siapa istriku. Dia tak mungkin melukai orang yang dia cintai, dan orang itu pun mencintainya.”

Saat istrinya terkesima di tengah cuaca yang semakin berkecamuk, sang suami berkata lembut, “Maka, aku tidak khawatir dengan badai yang tengah terjadi. Sebab semua kejadian berada dalam Kuasa-Nya, dan aku pun mencintai-Nya dengan iman yang terjaga. Jadi, buat apa aku terbitkan khawatir yang akan semakin mengacaukan suasana?”

Seperti inilah seharusnya kondisi rumah tangga. Saat sang istri panik, suami kudu menjadi sosok pertama yang menenangkan. Sebaliknya, tatkala sang suami mengalami tekanan fisik dan psikis dalam banyak soalan, termasuk pekerjaan, seorang istri yang baik harus menjadi orang pertama dalam meredakan emosi, menghibur jiwa, dan memberikan obat dengan terus mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

Jika Anda tengah alami sebuah kecamuk jiwa, dan suami Anda bersikap seperti ini atau sejenisnya, yakinlah bahwa dia merupakan suami terbaik yang Allah berikan utuk anda.
Wallahu a’lam.

Minggu, 14 Februari 2016

Saudara Muslim Lakukan 6 Hal InI Agar Rezeki Kita Selalu Allah Tambah


Saudara Muslim, kefakiran mendekatkan seorang manusia kepada jalan kemaksiatan dan bencara bagi orang yang Alloh sesatkan, serta bagi mereka dengan iman lemah, kondisi ekonomi yang terhimpit akan membuat mereka mudah melakukan perkara perkara maksiat dan menyesatkan.

Itulah kenapa Nabi Muhammad SAW memerintahkan umatnya untuk bekerja keras dan menghindari kemiskinan. Karena dengan rezeki yang banyak, seseorang bisa dengan mudah membantu sesama, bersedekah, serta membahagiakan orang-orang tercinta.

Tetapi tidak selamanya roda kehidupan berada di atas. Ada kalanya rezeki mampet dan membuat perekonomian terganggu. Namun ada amalan agar rezeki selalu ditambah, tidak melulu dengan hanya bekerja keras, akan tetapi melalui amal perbuatan berikut ini. Apa saja sih ? di bawah ini  ulasannya yang harus saudara muslim : Lakukan 6 Hal InI Agar Rezeki Kita Selalu Allah Tambah.

1. Bertaubat
Bertaubat untuk mempermudah dalam mendapatkan rezeki mungkin menjadi cara aneh bagi sebagian orang. Namun patut dipahami bahwa jika rezeki datangnya dari Allah maka ketika rezeki tersendat pasti ada yang salah antara hubungan kita dengan Allah. Hal ini juga sudah dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadist riwayat Ahmad yang artinya:

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki disebabkan oleh perbuatan dosanya.” (HR Ahmad).

Jika demikian, kalau dosa menghambat rezeki maka taubat menjadi jalan untuk kembali membukanya. Masih ragu? Silakan ingat-ingat kembali banyaknya penyelenggaraan salat istisqa di berbagai daerah yang isinya bentuk pertaubatan dan langsung dihijabah oleh Allah dengan nikmat hujan.

Atau doa Nabi Yunus ketika berada di dalam perut ikan yang langsung dihijabah oleh Allah. Doa tersebut berisi taubat Nabi Yunus karena menyadari akan kesombongannya terhadap Allah.

Lalu bagaimana dengan mereka yang sekarang masih bergelimang rezeki dan tidak mendapat ujian kefakiran? Tentu saja selalu bertaubat menjadi jalan untuk membuat Allah semakin sayang dan menambahkan rezekinya. Namun tentu saja rezeki yang dimaksud adalah rezeki halal dan mendapat ridho dari Allah SWT.

“Barang siapa yang memperbanyak dari istighfar, Allah menjadikan dari tiap-tiap kesusahan ada kelonggaran/kemudahan, dan dari tiap-tiap kesempitan ada jalan keluar, dan memberikan rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka”. ( HR Ahmad )

2. Gemar Melakukan Sedekah
Tidak bisa dipungkiri bahwa disekitar kita masih banyak orang-orang yang berat sekali mengeluarkan sedekah. Contoh kecilnya saja saat berada di tempat makan, lalu ada peminta-minta atau pengamen, maka jarang yang berlomba-lomba untuk memberikan terlebih dahulu uang kepada mereka. Dalihnya adalah mereka adalah tanggung jawab negara, atau mungkin saja mereka lebih kaya dibanding mereka yang memberi.

Kondisi ini sangat berbanding terbalik jika ada yang mengajak makan dan ditraktir, maka tanpa pikir panjang akan dengan sangat cepat memberikan tanggapan. Kondisi seperti ini sangat banyak kita temui bukan. Namun coba perhatikan, mereka yang suka mentraktir teman-temannya tidak pernah kekurangan, bahkan justru selalu mendapat rezeki lebih dan bisa digunakan untuk mentraktir lagi.

Bagaimana pun kondisi anda saat ini, sedekah menjadi cara ampuh untuk semakin mendatangkan banyak rezeki. Jika tidak bisa dengan rezeki, anda masih bisa menyedekahkan senyum anda serta ramah tamah terhadap orang lain.

Namun sedekah yang dilakukan adalah ikhlas
karena Allah SWT. Maka dengan demikian Allah akan semakin menambah rezeki orang tersebut.

Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya. QS: Saba [34] : 39

3. Belajar Menjadi Hamba Allah yang Bertaqwa
Taqwa adalah perbuatan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Jika berhasil menerapkan taqwa, maka Allah SWT akan melimpahkan banyak rezeki baik materi, kesehatan anak yang soleh dan masih banyak lagi.   Hal sebagimana yang tersirat dalam salah satu firman Allah dalam surat At-thalaq ayat 2-3 yang berbunyi

Artinya : Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia ( Allah) akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (at-Thalaq; 2-3)

4. Mengawali Aktivitas dengan Salat Dhuha
Allah SWT juga menyediakan amalan yang bisa menjadi penarik rezeki. Tanpa mengenyampingkan salat sunnah lainnya, salat Duha memang dijanjikan Allah sebagai amalan untuk mendatangkan rezeki. Salat ini menjadi salah satu rutinitas Rasulullah ketika memulai hari.

Bagi orang yang mencari pekerjaan, luangkanlah waktu anda untuk mengawali aktivitas anda dengan shalat dhuha sebelum berangkat mencari pekerjaan, dan agendakan diri anda untuk senantiasa melakukan shalat dhuha setipa pagi, karena itu merupakan aplikasi rasa syukur kita kepada Allah.

Dan bagi orang yang sudah bekerja dan menuntut anda untuk berada di tempat kerja sebelum waktu dhuha, hendaklah anda anda meluangkan sedikit waktu untuk melakukan shalat dhuha.  Karena Allah sudah menjanjikan anda dengan rizki yang selalu cukup dan berkah untuk anda.

Sesungguhnya Allah berfirman: “Wahai ‎anak adam, laksanakan untukKu 4 rakaat di awal siang, Aku akan cukupi ‎dirimu dengan shalat itu di akhir harimu.” (HR. Ahmad 17390, dan dishahihkan al-Albani dalam Shahih Targhib wat Tarhib 666 dan Syuaib al-Arnauth).‎

Namun niatkanlah dalam diri jika salat ini dilakukan hanya untuk mendapatkan keridhaan Allah.

5. Meringankan Diri Dalam Bersilaturrahmi
Pernahkan anda memiliki pengalaman mendapat pekerjaan dimana anda direferensikan oleh teman kepada orang lain. Biasanya karena sudah mengenal anda, teman-teman akan mudah mereferensikan anda kepada bos atau perusahaan yang membutuhkan jasa atau layanan anda.

Nah inilah salah satu manfaat dari silaturahmi. Jika saja anda tidak bersilaturahmi kepada teman anda tadi, niscaya perusahaan atau orang yang membutuhkan jasa anda tidak menggenal siapa anda.

Kelebihan bersilaturrahmai sudah banyak dijelaskan oleh Rasulullah dalam beberapa hadits-Nya. Di antara fadilah bersilaturrahmi adalah Rezeki bertambah dan umur panjang. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda yang artinya “Barang siapa yang menyukai untuk mendapatkan kelapangan rezeki dan panjang umurnya, hendaklah ia menyambung hubungan dengan saudaranya. (HR. Bukhari dan Muslim).

6. Bersyukur
Bersyukur adalah cara menambahkan lebih. Dengan bersyukur maka orang akan selalu merasa cukup. Lihatlah bagaimana bahagianya mereka yang hanya berpenghasilan Rp.20 ribu sehari karena terus bersyukur. Atau orang yang sibuk kesana-sini tetapi tidak pernah merasa lebih.

Artinya : sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikamt tersebut, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS. Ibrahim; 7 ).Semoga bermanfaat serta penulispun semoga rejeki dan amal ibadah nyapun Allah tambah.Amin